Selasa, 30 Juli 2019


BAHAN AJAR


Sekolah                                                 :SMA Al Azhar 3 B. Lampung
Mata Pelajaran                    : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester                    : XII/Ganjil
Materi Pokok                       : Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159
Alokasi Waktu                     : 3 Minggu x 3 Jam Pelajaran @45 Menit

A.      Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
1.1       Terbiasa membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
·        Terbiasa membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
2.1       Bersikap kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159, serta Hadis terkait
·        Bersikap kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159, serta Hadis terkait
3.1       Menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta Hadis tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis
·        Menjelaskan cara membaca  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 sesuai dengan kaidah tajwid;
·        Mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid) Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Menterjemahkan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·        Menjelaskan asbabun nuzul Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Mengidentifikasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·        Menjelaskan pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·        Menjelaskan manfat berpikir kritis dan bersikap demokratis sesuai dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Menganalisis hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·        Menjelaskan sikap kritis dan demokratis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai pesan  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·        Menyimpulkan hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
4.1.1    Membaca Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159,; sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul-huruf

4.1.2    Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, dengan lancar

4.1.3    Menyajikan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191
·        Mendemonstrasikan bacaan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf.
·        Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 dengan fasih dan lancar.
·        Menyajikan hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Menyajikan makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·        Menyajikan pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·        Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 serta hadits terkait.
·        Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap demokratis dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.

B.      Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
·         Terbiasa membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
·         Bersikap kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159, serta Hadis terkait
·         Menjelaskan cara membaca  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 sesuai dengan kaidah tajwid;
·         Mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid) Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Menterjemahkan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·         Menjelaskan asbabun nuzul Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Mengidentifikasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·         Menjelaskan pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·         Menjelaskan manfat berpikir kritis dan bersikap demokratis sesuai dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Menganalisis hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·         Menjelaskan sikap kritis dan demokratis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai pesan  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·         Menyimpulkan hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·         Mendemonstrasikan bacaan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf.
·         Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 dengan fasih dan lancar.
·         Menyajikan hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Menyajikan makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·         Menyajikan pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·         Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 serta hadits terkait.
·         Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap demokratis dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.













C.      Materi Pembelajaran

‘BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS’
Makna Berpikir Kritis
Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas sosial,budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditujukan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda.
Makna Bersikap Demokratis
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan (etimologis) dan istilah (terminologis).Dalam agama islam, sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang islam hanya mengenal kebebasan (al-hurriyah) yang merupakan pilar utama demokrasi yang diwarisi semenjak zaman nabi Muhammad saw., termasuk didalamnya kebebasan memilih pemimpin, mengelola negara secara bersama-sama (syura), kebebasan mengkritisi penguasa, dan kebebasan berpendapat.
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).Surah Ali ‘Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah. Ayat ini diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw. yang telah menyepakati keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari keputusan musyawarah dalam Perang Uhud, kaum muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.
Ayat-ayat Alquran tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis
1. Surah Ali ‘Imran Ayat 190-191
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
190-191رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).
  Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda bukti yang menunjukan keesaan Allah Awt., kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya.

  2. Surah Ali ‘Imran Ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُعَنْ
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).
Surah Ali ‘Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah. Ayat ini diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw. yang telah menyepakati keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari keputusan musyawarah dalam Perang Uhud, kaum muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.
Asababun nuzul turunnya ayat 190-191 :Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian?” orang-orang Yahudi itu menjawab “Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.” Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, “apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?.” Mereka menjawab, “Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kista dan menghidupkan orang mati.” Lalu mereka mendatangi Nabi SAW. lalu berkata kepada beliau, “Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit shafa menjadi emas untuk kami’’. ayat ini turun karena kejahilan orang-orang Quraisy yang meminta bukti kenabian Rasulullah dan kebenaran ketuhanan ALLAH. Kemudian ALLAH menurunkan ayat ini untuk menajdai jawaban bagi Rasulullah bagi orangorang quraisy.
Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Ali Imran: 190-191.
  Tujuan dari ayat ini adalah sebagai pembuktian tentang tauhid, keesaan, dan kekuasaan Allah Swt. Hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan-kebiasaan pada hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh Allah Swt Yang Maha Hidup lagi Qayyum (Maha Menguasai dan Maha Mengelola segala sesuatu). sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang –bintang yang terdapat di langit, terdapat tanda-tanda kemahakuasaan allah bagi ulul yakni orang-orang yang memiliki akal yang murni.
Isi Kandungan Al-Qur'an Surat Ali Imran Ayat 159
  Ayat di atas menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar, bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka. Seandainya Rasulullah bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah serta memohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.
Perilaku yang mencerminkan sikap berpikir kritis dan bersikap demokratis dalam hidup sehari-hari
  Selalu melalukan tafakur dan tadabur untuk mengambil hikmah dari segala ciptaan Allah Ta’ala.
  Bersikap lemah lembut dalam menyelesaikan masalah dan tidak bertindak kasar.
  Berlapang dadam,pemaaf,dan memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala.
  Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap persoalan.
  Menerima dan taat dalam melaksanakan keputusan musyawarah.
  Selalu berserah diri kepada Allah Ta’ala.

Hikmah sikap berpikir kritis dan bersikap demokratis dalam hidup sehari-hari.
  Berhati-hati dalam segala aktivitas
  Tidak mudah terpengaruh oleh isu dan provokasi.
  Tidak menghina kekurangan orang lain.
  Mempunyai banyak teman.
  Menghormati pendapat orang lain.
  Mengutamakan kepentingan bersama.
  Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
  Berserah diri kepada Allah Ta’ala dan bertawakal dalam segala urusan


Selasa, 23 Juli 2019


Bahan ajar

A.      Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
1.1       Terbiasa membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
·        Terbiasa membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
2.1       Bersikap kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159, serta Hadis terkait
·        Bersikap kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159, serta Hadis terkait
3.1       Menganalisis dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, serta Hadis tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis
·        Menjelaskan cara membaca  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 sesuai dengan kaidah tajwid;
·        Mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid) Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Menterjemahkan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·        Menjelaskan asbabun nuzul Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Mengidentifikasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·        Menjelaskan pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·        Menjelaskan manfat berpikir kritis dan bersikap demokratis sesuai dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Menganalisis hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·        Menjelaskan sikap kritis dan demokratis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai pesan  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·        Menyimpulkan hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
4.1.1    Membaca Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159,; sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul-huruf

4.1.2    Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, dengan lancar

4.1.3    Menyajikan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191
·        Mendemonstrasikan bacaan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf.
·        Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 dengan fasih dan lancar.
·        Menyajikan hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·        Menyajikan makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·        Menyajikan pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·        Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 serta hadits terkait.
·        Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap demokratis dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 159

B.      Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
·         Terbiasa membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
·         Bersikap kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159, serta Hadis terkait
·         Menjelaskan cara membaca  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 sesuai dengan kaidah tajwid;
·         Mengidentifikasi hukum bacaan (tajwid) Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Menterjemahkan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·         Menjelaskan asbabun nuzul Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Mengidentifikasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·         Menjelaskan pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·         Menjelaskan manfat berpikir kritis dan bersikap demokratis sesuai dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Menganalisis hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·         Menjelaskan sikap kritis dan demokratis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai pesan  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·         Menyimpulkan hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·         Mendemonstrasikan bacaan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159, sesuai dengan kaidah tajwid dan makharijul huruf.
·         Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 dengan fasih dan lancar.
·         Menyajikan hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·         Menyajikan makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·         Menyajikan pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam  Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait
·         Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 serta hadits terkait.
·         Menyajikan paparan keterkaitan antara sikap demokratis dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
























 Makna berpikir kritis
Pengertian berpikir kritis adalah suatu perilaku dan sikap yang pada dasarnya berdasarkan dengan data serta fakta yang sah (valid) dan di barengi dengan argumen (pendapat) yang akurat. Sebagai seorang warga negara yang berprinsip demokrat harusnya dapat selalu bersikap dengan kritis, baik itu pada kenyataan empiris  dan supraempiris seperti berikut :
- Empiris
  a. Realitas
  b. Sosial
  c. Budaya
  d. Politik 
- Supraempiris
  a. Agama
  b. Mitologi
  c. Kepercayaan
Bersikap kritis harus juga ditujukan dan ditanamkan dalam diri sendiri sehingga materi-materi berfikir secara kritis, bersikap secara demokratis dan sikap secara kritis dalam diri sendiri itu pasti dibarengi dengan sikap secara kritis terhadap pendapat-pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di dalam sikap secara kritis ini tentu nya harus wajib di dukung dengan sikap tanggung jawab dengan apa yang sedang di kritisi, oleh karena itu sikap secara kritis yang ada pada suasana demokrasi wajib perlu untuk di berikan dukungan berdasarkan kemampuan untuk bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara penuh kedamaian. Suatu permasalahan yang berasal dari sebuah perbedaan pendapat bisa berujung dengan konflik dan untuk itu harus di tekankan suatu penyelesaian masalah yang dilakukan dengan penuh kedamaian dan bukan kekerasan.

 Makna Bersikap Demokratis
Arti kata dari demokrasi memiliki dua (2) makna yakni secara dilihat dari :
  a. Etimologis (tinjauan)
Maksudnya adalah dengan secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani dan terdiri atas kata :
    1. Demos yang berarti adalah rakyat
    2. Kratos/Cratein yang berarti adalah kekuasaan atau kedaulatan
Sehingga dapat dikatakan bahwa secara etimologis demokrasi adalah rakyat yang memiliki kekuasaan tertinggi dengan kalimat "dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat". 
  b. Terminologis (istilah)
Maksudnya adalah dengan secara terminologis, demokrasi adalah sebuah bentuk dari mekanisme sistem pemerintahan pada negara yang sebagai upaya dalam mewujudkan kedaulatan rakyat atau kekuasaan warga pada negara atas negara yang untuk dijalankan dan dilaksanakan pemerintahan negara itu sendiri.
Sehingga dengan demikian, konsep demokrasi yang ada pada dasar hidup dalam masyarakat dan negara memiliki makna bahwa rakyat adalah sosok yang memberikan ketentuan dalam masalah yang terjadi di dalam kehidupannya, baik itu kebijakan kebijakan negara karena kebijakan itu yang akan menentukan bagaimana kehidupan rakyat. Oleh karena itu, suatu negara yang menganut sistem demokrasi ini adalah negara yang didirikan dan di selenggarakan atas dasar kemauan dan kehendak serta keinginan rakyat negara tersebut. Pada sudut pandang organisasi makna demokrasi yakni peng-organisasian negara yang di jalankan dan dilakukan rakyat negara itu sendiri berdasarkan persetujuan oleh rakyat karena kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Di dalam agama khususnya agama Islam, tidak ada istilah demokrasi. Ini di karenakan orang islam hanya mengenal yang namanya Al-hurriyah atau kebebasan yang menjadi pilar utama dari demokrasi yang ada dan di warisi sejak zaman nabi Muhammad Saw yang termasuk ada di dalamnya yakni:

    1. Kebebasan dalam memilih seorang pemimpin
    2. Syura atau mengelola negara dengan secara bersama-sama
    3. Kebebasan dalam memberikan kritik terhadap penguasa
    4. Bebas berpendapat

Di dalam basis empiriknya, ada perbedaan yang sangat mendasar pada demokrasi dan agama. Di tinjau dari asal muasal, demokrasi itu awalnya dari pemikiran filosofis dari manusia-manusia dan sedangkan agama itu berasal dari wahyu. Meskipun di dalam basis empiriknya dikatakan berbeda, akan tetapi di dalam kaitan yang berbasis dialektis agama bahwa agama dapat memberikan support atau dukungan yang positif terhadap demokrasi itu dan demokrasi itu juga sendiri bisa memberikan sebuah peluang untuk proses pen-dewasaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan adanya dukungan positif tersebut bukan berarti semua yang menurut demokrasi selalu benar, Di dalam agama islam juga tercermin adanya demokrasi akan tetapi tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan yang besar kepada rakyat untuk menentukan dan menetapkan segala hal. Pada piagam yang di munculkan oleh nabi besar Muhammad Saw di Madinah, itulah konsep awal mengenai demokrasi pada Islam. Konsep demokrasi yakni :

    1. Dari rakyat
    2. Oleh rakyat
    3. Untuk rakyat

Dan kemudian melindungi semua apa yang menjadi kepentingan dari rakyat. Sehingga dalam islam sebenar nya sudah identik dengan demokrasi, akan tetapi demokrasi yang terdapat dalam islam sendiri mempunyai perbedaan dengan demokrasi yang telah di cetuskan.

 Ayat-ayat Alquran yang terkait tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis
1. Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat 190-191

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.

Di dalam ayat Al-Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat 190 diatas menjelaskan sesungguhnya di dalam tatanan bumi dan langit beserta keindahan atas perkiraan dan keajaiban ciptaan yang Maha Kuasa juga dalam silih berganti nya antara siang dan malam dengan secara teratur yang terjadi sepanjang tahun yang dapat dirasakan pengaruh nya langsung ke tubuh dan bagaimana cara berfikir kita karena pengaruh dari dinginnya malam hari, panas matahari serta bagaimana pengaruhnya terhadap dunia hewan dan tumbuhan adalah sebuah tanda bukti yang memperlihatkan ke Esaan sang maha kuasa Allah Swt terhadap ke-sempurnaan pengetahuan-Nya dan kekuasaan-Nya.


2. Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat 159


Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah lah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Di dalam ayat Al-Qur'an Surah Ali 'Imran ayat 159 diatas menjelaskan tentang tata cara dalam melakukan musyawarah. Ayat Qur'an Surah Ali 'Imran ini diturunkan yakni sebagai sebuah teguran pada sikap sahabat-sahabat Rasulullah Saw yang sudah sepakat atas keputusan musyawarah dengan menerapkan perang Uhud. Akan tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut sehingga dari keputusan musyawarah dalam perang Uhud tersebut, para kaum muslimin menjadi susah untuk mengalahkan musuh-musuh.