Senin, 06 Maret 2023

kelas 12

 GURU PENGAMPU: H. RAHMATTULLOH, S.Pd.I

MATA PELAJARAN: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN: IPA/IPS

Kemajuan dan kemunduran islam di dunia

1.    Kemajuan Peradaban Islam di Dunia Sebelum dunia barat mengalami kemajuan, dunia Islam terlebih dulu pernah mengalami masa kejayaan. Tepatnya dimulai pada masa Khalifah Al- Manshur dan Al-Makmun yang bergantian memimpin dinasti Abbasiyah, mereka merintis usaha penerjemahan karya-karya cendekiawan Yunani ke dalam Bahasa Arab. Upaya ini diteruskan oleh khalifah-khalifah yang meneruskan kepemimpinan dinasti Abbasiyah, terutama yang paling menonjol adalah Khalifah Harun al-Rasyid. Upaya penerjemahan yang dilakukan dinasti Abbasiyah secara garis besar terbagi menjadi 3 (tiga) fase: Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan logika.

2.    Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah buku dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan. Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Siriac (bahasa ilmu pengetahuan di Mesopotamia) kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Para penerjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain

: a.) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa Arab dan Yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam Bahasa Arab

. b.) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq

 c.) Tsabit bin Qurra

 d.) Qusta bin Luqa 

e.) Abu Bishr Matta ibn Yunus Semua penerjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang menyembah bintang, adalah penganut agama Kristen. Dengan diterjemahkannya karya-karya berbahasa Yunani itu menjadikan cendekiawan Muslim dapat memahami logika dan filsafat untuk mengembangkan ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan. Ilmu keislaman terutama lahir akibat persinggungan logika dan filsafat di satu sisi dengan bahasa dan sastra Arab yang menjadi bahasa al-Qur’an sekaligus sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam pada sisi yang lain. Dari proses ini, lahirlah ilmu kalam, ilmu tafsir, ilmu fiqh/ushul, fiqh, ilmu sastra, dan sebagainya. Sementara ilmu pengetahuan berkembang pesat dalam Dunia Islam karena secara logika dan filsafat manusia harus terus berpikir untuk memenuhi kebutuhannya. Seorang cendekiawan Muslim bernama Ibn al-Muqaffa yang hidup di masa Khalifah al-Makmun berpendapat: “Setiap orang memiliki kebutuhan. Sementara setiap kebutuhan perlu ditunjang dengan materi. Sedangkan setiap materi dapat diwujudkan dengan usaha. Adapun setiap usaha memerlukan cara dan metodenya.” Dengan kata lain, menurut Ibn al-Muqaffa’, supaya hajat hidup manusia terpenuhi, diperlukan ilmu atau disebut cara dan metode. Bersamaan dengan lahirnya ilmu-ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan, pada masa dinasti Abbasiyah telah muncul ilmuan muslim berkaliber Dunia seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’

3.    peradaban Islam di Dunia. Beberapa faktor yang mendorong kemajuan peradaban Islam adalah sebagaimana berikut:

 a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Berkat keberhasilan penyebaran Islam ke berbagai wilayah yang baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru pula. Faktor ini telah mendorong lahirnya ilmu pengetahuan.

 b. Kemajemukan dalam pemerintahan dan politik. Untuk mengokohkan dinastinya, dinasti Abbasiyah mengambil strategi yang berbeda dengan dinasti Umayyah. dinasti Abbasiyah meninggalkan corak dinasti Umayyah yang ke-Arab-araban. Hal ini dibuktikan dengan dua cara yaitu, Pertama, menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia sekaligus memasukkan orangorang Persia dalam struktur pemerintahan. Salah satunya Khalid bin Barmak yang diangkat menjadi salah satu menteri al-Manshur sekaligus menjadi salah satu tokoh penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa dinasti Abbasiyah. Kedua, melakukan nikah silang dengan wanita–wanita Persia. Bahkan, hasil pernikahan ini melahirkan khalifah baru. Salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang Arab. dinasti Abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang–orang Turki dan Persia.

 c. Menciptakan stabilitas ekonomi dan politik. Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor sosial dan pendidikan, seperti pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Makmun, khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta kebudayaan. 

d. Gerakan penerjemahan manuskrip-manuskrip kuno seperti hasil karya cendekiawan Yunani ke dalam bahasa Arab. Hal ini sudah dilakukan semenjak masa Khalifah al-Manshur dan keturunannya dengan mengangkat dan menggaji para penerjemah dengan gaji yang sangat tinggi.

 e. Membangun perpusatakaan-perpustakaan sebagai pusat penerjemahan dan kajian ilmu pengetahuan. Khalifah al-Ma’mun 

 y dikenal sangat mencintai ilmu pengetahuan mendirikan Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, pusat penterjemahan dan lembaga penelitian. Bahkan, di lingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan terhimpun di dalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar