Bahan ajar
A.
Kompetensi
Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
1.1 Terbiasa
membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan
kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
|
·
Terbiasa membaca
al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan kepada
umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
|
2.1 Bersikap
kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159,
serta Hadis terkait
|
·
Bersikap
kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159,
serta Hadis terkait
|
3.1 Menganalisis
dan mengevaluasi makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159,
serta Hadis tentang berpikir kritis dan bersikap demokratis
|
·
Menjelaskan
cara membaca Q.S. Ali Imran/3: 190-191
dan Q.S. Ali Imran/3: 159 sesuai dengan kaidah tajwid;
·
Mengidentifikasi
hukum bacaan (tajwid) Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·
Menterjemahkan
Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·
Menjelaskan
asbabun nuzul Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·
Mengidentifikasi
makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis
terkait.
·
Menjelaskan
pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali
Imran/3: 159 serta hadis terkait
·
Menjelaskan
manfat berpikir kritis dan bersikap demokratis sesuai dengan kandungan Q.S.
Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·
Menganalisis
hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191
dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·
Menjelaskan
sikap kritis dan demokratis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab)
sesuai pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191
dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·
Menyimpulkan
hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S.
Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
|
4.1.1 Membaca
Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159,; sesuai dengan kaidah
tajwid dan makharijul-huruf
4.1.2 Mendemonstrasikan
hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191, dan Q.S. Ali Imran/3: 159, dengan lancar
4.1.3 Menyajikan
keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab)
sesuai pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191
|
·
Mendemonstrasikan
bacaan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159, sesuai dengan
kaidah tajwid dan makharijul huruf.
·
Mendemonstrasikan
hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 dengan fasih dan
lancar.
·
Menyajikan
hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali
Imran/3: 159.
·
Menyajikan
makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis
terkait.
·
Menyajikan
pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali
Imran/3: 159 serta hadis terkait
·
Menyajikan
paparan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil
albab) sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 serta hadits terkait.
·
Menyajikan
paparan keterkaitan antara sikap demokratis dengan kandungan Q.S. Ali
Imran/3: 159
|
B.
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
·
Terbiasa
membaca al-Qur’an sebagai pengamalan dengan meyakini bahwa agama mengajarkan
kepada umatnya untuk berpikir kritis dan bersikap demokratis
·
Bersikap
kritis dan demokratis sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan159,
serta Hadis terkait
·
Menjelaskan
cara membaca Q.S. Ali Imran/3: 190-191
dan Q.S. Ali Imran/3: 159 sesuai dengan kaidah tajwid;
·
Mengidentifikasi
hukum bacaan (tajwid) Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·
Menterjemahkan
Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·
Menjelaskan
asbabun nuzul Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·
Mengidentifikasi
makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·
Menjelaskan
pesan-pesan yang terkandung paqda Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali
Imran/3: 159 serta hadis terkait
·
Menjelaskan
manfat berpikir kritis dan bersikap demokratis sesuai dengan kandungan Q.S. Ali
Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159.
·
Menganalisis
hukum bacaan, makna, pesan-pesan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191
dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·
Menjelaskan
sikap kritis dan demokratis dengan ciri orang-orang berakal (ulil albab) sesuai
pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S.
Ali Imran/3: 159
·
Menyimpulkan
hukum bacaan, makna, pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terdapat pada Q.S.
Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159
·
Mendemonstrasikan
bacaan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159, sesuai dengan
kaidah tajwid dan makharijul huruf.
·
Mendemonstrasikan
hafalan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 dengan fasih dan
lancar.
·
Menyajikan
hukum bacaan yang terdapat pada Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3:
159.
·
Menyajikan
makna Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali Imran/3: 159 serta hadis terkait.
·
Menyajikan
pesan-pesan, hikmah dan manfaat yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Q.S. Ali
Imran/3: 159 serta hadis terkait
·
Menyajikan
paparan keterkaitan antara sikap kritis dengan ciri orang-orang berakal (ulil
albab) sesuai dengan pesan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 serta hadits terkait.
·
Menyajikan
paparan keterkaitan antara sikap demokratis dengan kandungan Q.S. Ali Imran/3:
159 serta hadis terkait.
Makna berpikir kritis
Pengertian berpikir kritis
adalah suatu perilaku dan sikap yang pada dasarnya berdasarkan dengan data
serta fakta yang sah (valid) dan di barengi dengan argumen (pendapat) yang
akurat. Sebagai seorang warga negara yang berprinsip demokrat harusnya dapat
selalu bersikap dengan kritis, baik itu pada kenyataan empiris dan
supraempiris seperti berikut :
- Empiris
a. Realitas
b. Sosial
c. Budaya
d. Politik
- Supraempiris
a. Agama
b. Mitologi
c. Kepercayaan
Bersikap kritis harus juga
ditujukan dan ditanamkan dalam diri sendiri sehingga materi-materi berfikir
secara kritis, bersikap secara demokratis dan sikap secara kritis dalam diri
sendiri itu pasti dibarengi dengan sikap secara kritis terhadap
pendapat-pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di dalam sikap
secara kritis ini tentu nya harus wajib di dukung dengan sikap
tanggung jawab dengan apa yang sedang di kritisi, oleh karena itu sikap secara
kritis yang ada pada suasana demokrasi wajib perlu untuk di berikan dukungan
berdasarkan kemampuan untuk bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara penuh
kedamaian. Suatu permasalahan yang berasal dari sebuah perbedaan pendapat bisa
berujung dengan konflik dan untuk itu harus di tekankan suatu penyelesaian
masalah yang dilakukan dengan penuh kedamaian dan bukan kekerasan.
Makna Bersikap Demokratis
Arti kata dari demokrasi
memiliki dua (2) makna yakni secara dilihat dari :
a. Etimologis (tinjauan)
Maksudnya adalah dengan secara
etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani dan terdiri atas kata :
1. Demos yang
berarti adalah rakyat
2. Kratos/Cratein
yang berarti adalah kekuasaan atau kedaulatan
Sehingga dapat dikatakan bahwa
secara etimologis demokrasi adalah rakyat yang memiliki kekuasaan tertinggi
dengan kalimat "dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat".
b. Terminologis
(istilah)
Maksudnya adalah dengan secara
terminologis, demokrasi adalah sebuah bentuk dari mekanisme sistem pemerintahan
pada negara yang sebagai upaya dalam mewujudkan kedaulatan rakyat atau
kekuasaan warga pada negara atas negara yang untuk dijalankan dan dilaksanakan
pemerintahan negara itu sendiri.
Sehingga dengan demikian,
konsep demokrasi yang ada pada dasar hidup dalam masyarakat dan negara memiliki
makna bahwa rakyat adalah sosok yang memberikan ketentuan dalam masalah yang
terjadi di dalam kehidupannya, baik itu kebijakan kebijakan negara karena
kebijakan itu yang akan menentukan bagaimana kehidupan rakyat. Oleh karena itu,
suatu negara yang menganut sistem demokrasi ini adalah negara yang didirikan
dan di selenggarakan atas dasar kemauan dan kehendak serta keinginan rakyat
negara tersebut. Pada sudut pandang organisasi makna demokrasi yakni
peng-organisasian negara yang di jalankan dan dilakukan rakyat negara itu
sendiri berdasarkan persetujuan oleh rakyat karena kedaulatan tertinggi ada di
tangan rakyat. Di dalam agama khususnya agama Islam, tidak ada istilah
demokrasi. Ini di karenakan orang islam hanya mengenal yang namanya Al-hurriyah
atau kebebasan yang menjadi pilar utama dari demokrasi yang ada dan di warisi
sejak zaman nabi Muhammad Saw yang termasuk ada di dalamnya yakni:
1. Kebebasan
dalam memilih seorang pemimpin
2. Syura atau
mengelola negara dengan secara bersama-sama
3. Kebebasan
dalam memberikan kritik terhadap penguasa
4. Bebas
berpendapat
Di dalam basis empiriknya, ada
perbedaan yang sangat mendasar pada demokrasi dan agama. Di tinjau dari asal
muasal, demokrasi itu awalnya dari pemikiran filosofis dari manusia-manusia dan
sedangkan agama itu berasal dari wahyu. Meskipun di dalam basis empiriknya
dikatakan berbeda, akan tetapi di dalam kaitan yang berbasis dialektis agama
bahwa agama dapat memberikan support atau dukungan yang positif terhadap
demokrasi itu dan demokrasi itu juga sendiri bisa memberikan sebuah peluang
untuk proses pen-dewasaan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan
adanya dukungan positif tersebut bukan berarti semua yang menurut demokrasi
selalu benar, Di dalam agama islam juga tercermin adanya demokrasi akan tetapi
tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan yang besar kepada
rakyat untuk menentukan dan menetapkan segala hal. Pada piagam yang di
munculkan oleh nabi besar Muhammad Saw di Madinah, itulah konsep awal mengenai
demokrasi pada Islam. Konsep demokrasi yakni :
1. Dari rakyat
2. Oleh rakyat
3. Untuk rakyat
Dan kemudian melindungi semua
apa yang menjadi kepentingan dari rakyat. Sehingga dalam islam sebenar nya
sudah identik dengan demokrasi, akan tetapi demokrasi yang terdapat dalam islam
sendiri mempunyai perbedaan dengan demokrasi yang telah di cetuskan.
Ayat-ayat Alquran yang terkait tentang
Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis
1. Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat
190-191
Artinya: “Sesungguhnya, dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),
“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci
Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.
Di dalam ayat Al-Qur'an Surah
Ali 'Imran Ayat 190 diatas menjelaskan sesungguhnya di dalam tatanan bumi dan
langit beserta keindahan atas perkiraan dan keajaiban ciptaan yang Maha Kuasa
juga dalam silih berganti nya antara siang dan malam dengan secara teratur yang
terjadi sepanjang tahun yang dapat dirasakan pengaruh nya langsung ke tubuh dan
bagaimana cara berfikir kita karena pengaruh dari dinginnya malam hari, panas
matahari serta bagaimana pengaruhnya terhadap dunia hewan dan tumbuhan adalah
sebuah tanda bukti yang memperlihatkan ke Esaan sang maha kuasa Allah Swt
terhadap ke-sempurnaan pengetahuan-Nya dan kekuasaan-Nya.
2. Qur'an Surah Ali
'Imran Ayat 159
Artinya: “Maka disebabkan
rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan
ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah lah dengan mereka dalam urusan itu,
dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah
swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Di dalam ayat Al-Qur'an Surah
Ali 'Imran ayat 159 diatas menjelaskan tentang tata cara dalam melakukan
musyawarah. Ayat Qur'an Surah Ali 'Imran ini diturunkan yakni sebagai
sebuah teguran pada sikap sahabat-sahabat Rasulullah Saw yang sudah sepakat
atas keputusan musyawarah dengan menerapkan perang Uhud. Akan tetapi mereka
melanggar kesepakatan tersebut sehingga dari keputusan musyawarah dalam perang
Uhud tersebut, para kaum muslimin menjadi susah untuk mengalahkan musuh-musuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar