PERTEMUAN 1
Faktor Kemajuan Peradaban Islam
Kejayan
islam berawal ketika Rasulullah saw. Merumuskan konstitusi tertulis negara
pertama didunia di Madinah. Sepeninggal beliau,kepemimpian kemudian dipegang
oleh Abu Bakar As-siddiq,Usman bin Affan,Ali bin Abu Thalib,dan seterusnya.
Pada masa Khulafaur Rasyidin ini Islam semakin berkembang pesat.Perluasan
wilayah menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya penyebarkanluasan islam ke
seluruh penjuru dunia. Penaklukan wilayah – wilayah merupakan bagian dari upaya
untuk menyebarkan islam. Akan tetapi,bukan berarti menjajahnya sehingga banyak
orang yang kemudian tertarik memeluk islam.
Pada periode selanjutnya,islam mengalami puncak kejayaan pada periode
750 M – 1258 M. Masa itu adalah masa ketika para filosof,ilmuwan,dan insinyur
di dunia islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi
dan kebudayaan,baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan
menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.
Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Dinastin Abbasiyah. Dinasti
ini merupakan kelanjutan dari dinasti sebelumnya,yakni Dinasti Umayyah.
Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan Abbas (Bani Abbas), paman nabi Muhammad saw. Pendiri dinasti ini
adalah Abu Abbas as – Saffah yang bernama lengkap Abdullah as – Saffah ibnu
Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu al – Abbas. Pola pemerintahan yang
diterapkan oleh Dinasti Abbasiyah berbeda – beda sesuai dengan perubahan
politik,social dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang, yakni dari tahun 132 H (750 M) – 656 H (1258 M).
Selama dinasti ini berkuasa,pola pemerintahan yang diterapkan berbeda –
beda sesuai dengan perubahan politik,sosial,dan budaya. Berdasarkan perubahan
pola pemerintahan dan pola politik itu,para sejarawan membagi masa pemerintahan
Dinasti Abbasiyah menjadi 5 periode,yaitu :
1.
Periode pertama (132
H/750 M – 232 H/847 M) yang disebut periode pengaruh Persia pertama
2.
Periode kedua (232
H/847 M – 234 H/945 M) yang disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.
Periode ketiga (334
H/945 M – 447 H/1055 M) masa kekuasaan Dinasti Buwaihi yang disebut pengaruh
Persia kedua
4.
Periode keempat (447
H/1055 M/ - 590 H/1194 M) pada masa kekuasan Dinasti Saljuk yang disebut juga
dengan masa pengaruh Turki kedua
5.
Periode kelima (590
H/1194 M – 656 H/1258 M) pada masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain
tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
Puncak
kejayaan dinasti ini terjadi pada masa Khalifah Harun ar- Rasyid dan putranya.
Al – Ma’mun serta Khalifah Khalifah sesudahnya hingga sampai masa
al-Mutawakkil. Pada masa Harun ar-Rasyid , kekayaan Negara sebagian besar
dipergunakan untuk mendirikan rumah sakit, membiayai pendidikan kedokteran, dan
farmasi. Pada masa al-Ma’mun, kekayaan Negara digunakan untuk menggaji para
penerjemah untuk menerjemahkan berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa
arab serta mendirikan Bait al-Hikmah sebagai pusat penerjemahan dan akdemi yang
dilengkapi dengan perpustakaan. Didalamnya diajarkan berbagai cabang ilmu,
seperti kedokteran, matematika, geografi, dan filsafat. Disamping itu,
masjid-masjid juga merupakan sekolah , tempat untuk mempelajari berbagai macam
disiplin ilmu dengan berbagai halaqah didalamnya.
Pada waktu itu, kota Bagdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Kemajuan
ilmu pengetahuan yang sangat pesat pada masa dinasti Abbasiyah tersebut di
pengaruhi oleh beberapa factor berikut.
1)
Faktor Politik
Faktor politik yang
memengaruhi perkembangan dan kemajuan peradaban islam adalah sebagai berikut,
a)
Kepindahan ibukota ke
Baghdad menjadikan pemerintahan Dinassti Abbasiyah jauh dari pengaruh Arab
Islam sementara Dinassti Ummayah sangat berorientasi kepada arab islam. Pada
periode pertama dan ketiga dinasti abasiyah , pengaruh kebudayaan persiah
sangat kuat dan pada periode ke dua dan
ke empat bangsa turki sangat doniman dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
b)
Dalam penyelenggaraan
negara pada massa dinasti abasiyah terdapat jabatan wazir yang membawahi kepala
kepala diapartemen. Jabatan ini tidak ada dalam pemerintahan dinasti abbasiyah
c)
Adanya kemiliteran
yang yang professional sedangkan sebelumnya pada dinasti ummayah belum ada
2)
Faktor Sosiografi
Faktor sosiografi (
sosio-kultural, seperti ekonomi, politik, dan sebagainya ) yang memengaruhi
perkembangan dan kemajuan ilmu dan peradaban islam sebagai berikut,
a)
Meningkatnya
kemakmuran umat islam yang mengandalkan hasil dari bidang berbagai industri ,
kebudayaan berkembang pesat , dan kemakmuran dapat tercapai pada sangat itu
b)
Luasnya wilayah
kekuasan islam menyebabkan banyak orang [ersia dan romawi masuk islam kemudian
menjadi muslim yang taat dan terjalinnya perkawinan antara umat islam dengan mualaf
yang menghasilkan keturunan yang militant , selain poster tubuh yang baik ,
kecerdasan akal , dan kecakapan berusaha
c)
Pribadi beberapa
khalifah pada masa itu seperti al Mansur , harrun ar raysid dan al ma’mum
sangat mencintai ilmu pengetahuian sehingga kebijksanaan nya banyak ditunjukkan
pada kemajuan ilmu pengetahuan
3)
Faktor ilmu
pengetahuan
Aktivias ilmiah yang
dilakukan oleh kaum muslimin pada saat itu mengantarkan mereka mencapai puncak
kemajuan ilmu pengetahuan. Penerjemahan yang dilakukan dengan giat menyebabkan
mereka dapat menguasai warisan intelektual dari tiga jenis kebudayaan, yaitu
Yunani, Persia, dan India yang pada akhirnya kaum muslimin mampu membangun
kebudayaan ilmu,baik ilmu agama maupun filsafat dan sains. Berikut beberapa hal
yang sangat berpengaruh pada pendidikan Dinasti Abbasiyah.
a)
Adanya maktab masjid
, yaitu lembaga pendidikan terendah , tempat anak anak mengenal dasar dasar
bacaan , dan hitungan , serta tempat para remaja belajar dasar dasar ilmu agama
, seperti tafir , hadist , fiqih , dan bahasa
b)
Tingkat pendalaman ,
dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah
menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya
masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu ilmu agama. Pengajaranya
berlangsung dimasjid masjid atau dirumah rumah ulama bersangkutan. Bagi anak
penguasa, pendidikan bias berlangsung di istana atau dirumah penguasa tersebut
dengan memanggil ulama ahli kesana.
c)
Terjadinya asimilasi
antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah,
bangsa bangsa dari luar Arab banyak yang masuk islam. Asimilasi berlangsung
secara efektif dan bernilai guna. Bangsa bangasa itu memberikan saham tertentu
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Pengaruh Persia, sebagaimana
sudah disebutkan , sangat kuat dibidang pemerintah. Disamping itu, bangsa
Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh india
terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi sedangkan
pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan
terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
d)
Gerakan terjemahan
berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama pada masa khalifah al-Manshur hingga
ar-Rasyid. Pada fase ini banyak diterjemahakan adlah karya karya dalam bidang
astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma’mum
hingga tahun 300 H. Buku buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang
filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama
setelah adanya pembuatan kertas. Bidang bidang ilmu yang diterjemahkan semakin
meluas. Para penerjemah yang dikenal pada masa itu, antara lain sebagai
berikut,
1) Hunain
Ibnu Ishaq, ilmuan yang mahir bahasa Arab dann Yunani. Dia menerjemahkan 20
buku Gaken ke dalam bahasa Syiria dan Bahasa Arab.
2) Ishaq Ibnu
Hunain
3) Tsabit bin
Qurra
4) Qusta bi
Luqa
5) Abu Bishr
Matta Ibnu Yunus
Semua penerjemah tersebut beragama islam, kecuali
Tsabit Ibnu Qurra yang beragama nasrani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar