PERTEMUAN KE-1
A.
Pengertian
Syaja’ah
Syaja’ah
menurut bahasa artinya berani. Sedangkan menurut istilah syaja’ah
adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan
kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syaja’ah dapat diartikan keberanian
yang berlandaskan kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt. Jadi syaja’ah dapat diartikan keberanian yang berlandaskan
kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan untuk
mengharapkan keridaan Allah Swt.
B.
Macam-Macam Syaja’ah
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam:
1.
Syaja’ah harbiyyah, yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak,
misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
2.
Syaja’ah nafsiyyah, yaitu keberanian menghadapi bahaya atau
penderitaan dan menegakkan kebenaran.
C.
Dalil-dalil tentang Syaja’ah (berani
membela kebenaran)
Jika kita bicara tentang dalil
syaja’ah tentu ada banyak yang menjelaskan tentang hal tersebut. Di materi kali
ini kita akan membahas beberapa dalil ttentang Syaja’ah salah satunya dalam
Al-Quran surat Ali Imran ayat 139. Berikut bacaan ayat tersebut:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Arrtinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S Ali Imran: 139)
Ayat tersebut melarang manusia (umat islam) memiliki sikap lemah, dan
memerintahkan untuk memiliki sikap berani. Salah satu alasan manusia harus
berani adalah manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dibandingkan
makhluk ciptaan allah swt. lainnya dan memiliki kedudukan tinggi jika beriman
kepada Allah swt.. Sementara orang yang beriman kepada allah swt. tidak
memiliki rasa takut terhadap selain allah.
Selain itu
dalam surat Al-Hud 112 juga di jelaskan :
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ
إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya : maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Dia maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Hud: 112)
Selain itu ada
beberapa dalil dari hadist yang menjelaskan akan hal tersebut yaitu :
قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا
“Katakan
kebenaran, sekalipun itu pahit”. (HR. Imam Baihaqi)
Dalam Hadist
Lain dijelaskan
شَرُّ مَا فِي رَجُلٍ شُحٌّ هَالِعٌ وَجُبْنٌ خَالِعٌ
Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang
adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang sangat pengecut.”
(HR. Abu Daud (2511), Ibnu Hibban (808), Ahmad (2/302)
Helmy Elisa putri
BalasHapusXI IPA 2
Nia aprilliana
BalasHapusXI IPA 2