Nama
Penyusun : Rahmattulloh, S.Pd.I,
M.Pd.
Satuan
Pendidikan : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung
Kelas/Fase : XII (Dua Belas) F
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti
Pertemuan : Ke-2
Tujuan
Pembelajaran
Setelah
mengikuti pembelajaran bab ini, peserta didik diharapkan dapat:
a. Mendefinisikan pengertian Sabar.
b. Melafalkan bacaan Al-Qur'an dengan fasih
Q.S. Al-Baqarah/2:155–156 serta hadis terkait.
c. Mengidentifikasi bacaan tajwid dalam
Q.S. Al-Baqarah/2:155–156.
d. Mengartikan arti perkata dan menerjemahkan
Q.S. Al-Baqarah/2:155–156.
e. Melafalkan bacaan Al-Qur'an dengan fasih
Q.S. Ali ‘Imran/3:186 tentang kemuliaan orang-orang yang bersabar dalam
menghadapi Musibahserta hadis terkait.
f. Menganalisis sikap yang harus dimiliki
ketika tertimpa musibah dan ujian.
g.
Menganalisis
manfaat dan hikmah di balik musibah dan ujian.
Tujuan
Pembelajaran Pertemuan Kedua
- Membaca dengan
benar Q.S. Ali ‘Imran/3:186 tentang kemuliaan
orang-orang yang bersabar dalam menghadapi Musibah serta hadis terkait.
b. Menganalisis sikap yang harus dimiliki
ketika tertimpa musibah dan ujian.
c. Menganalisis manfaat dan hikmah di balik
musibah dan ujian.
Pengertian Ujian dan Musibah
Ujian
adalah cobaan atau tantangan yang diberikan Allah SWT kepada manusia
selama hidup di dunia untuk menguji keimanan dan kesabaran mereka, serta
meningkatkan derajat mereka di sisi Allah. Ujian ini bisa berupa berbagai
macam bentuk, baik suka maupun duka, dan dianggap sebagai bagian tak
terpisahkan dari perjalanan hidup seorang mukmin. Dalam Islam, ujian hidup
seringkali dipandang sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada
hamba-Nya. Melalui ujian, Allah ingin menguji sejauh mana keimanan dan
kesabaran seseorang, serta memberikan kesempatan untuk mendekatkan diri
kepada-Nya.
Dalam
buku Ubah Musibah Jadi Berkah karya Ustadz Marwini, M.A., M.Si, makna musibah
dijelaskan dalam tiga pendekatan, yaitu:
1.
Musibah Menurut Bahasa
Kata
musibah berasal dari kata ashaba yang berarti menimpa, atau dari
kata shaba–yashibu–shauban–wa mashaban, yang berarti turun, menghujani,
atau tertimpa.
Maknanya dalam bahasa adalah semua peristiwa yang menimpa manusia, baik yang
menyenangkan maupun menyedihkan.
2.
Musibah Menurut Istilah
Secara
istilah, musibah adalah kejadian yang membawa kerugian atau kejelekan. Imam
Al-Qurthubi menjelaskan musibah sebagai sesuatu yang menyakiti orang beriman.
Abu Faraj Ibnu Al-Jauzi bahkan berpendapat bahwa jika dunia ini bukan tempat
musibah, maka di dalamnya tidak akan ada penyakit, dan para nabi maupun rasul
tidak akan mengalami penderitaan seperti dimusuhi, diancam, dan dibunuh.
3.
Musibah Menurut Al-Qur'an
Dalam
Al-Qur’an, kata musibah disebutkan dalam beberapa ayat, termasuk:
لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ
اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ
الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًاۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ
ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
Artinya :
“Kamu pasti akan
diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak
hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum
kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”
Adapun hadist
yang berkaitan dengan sabar ketita ada musibah dan ujian yaitu:
"Dari
Shuhaib ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya mengagumkan
perkara yang menimpa orang mukmin. Sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu
tidak dimiliki oleh seorang pun selain orang mukmin. Apabila mendapatkan
kesenangan, kemudian ia bersyukur, maka syukur itu adalah kebaikan baginya, dan
apabila tertimpa musibah kemudia ia bersabar, maka sabar itu juga menjadi
kebaikan baginya." (HR. Muslim)
Orang-orang yang
terkena musibah dan ujian harus menyadari bahwa tidak ada musibah dan ujian
yang lebih berat yang menimpa dirinya melebihi musibah yang menimpa para rasul
Allah dan orang-orang saleh. Orang yang mengetahui bahwa pahala Allah lebih
besar daripada musibah dan ujian yang dirasakan akan membuka berbagai kemudahan
yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi dirinya. Ketika tertimpa musibah dan
ujian, manusia akan bersikap dengan salah satu dari empat hal. Keempat hal
tersebut adalah marah, sabar, rida, dan syukur. Apabila di antara kita terkena
musibah dan ujian, maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Mengucapkan
istirja" (Innd lillahi wa Innä ilaihi rāji în).
Kalimat ini
adalah tanda pengakuan bahwa musibah itu datang dari Allah Swt. Juga sebagai
pengakuan bahwa diri kita pun milik Allah Swt. dan akan kembali kepada-Nya.
2. Bersabar
Segala cobaan
hidup akan lebih ringan jika diiringi kesabaran. Sabar bukan berarti diam dan
tidak bergerak, tetapi selalu berusaha mencari solusi dari masalah yang
dihadapinya.
3. Mendirikan
salat
Orang-orang
salih menyikapi musibah dengan mengadukan segalanya kepada Allah. Oleh karena
itu, setelah melewati musibah tersebut, mereka menjadi pribadi yang semakin
kuat dan tangguh dalam mengarungi hidup.
4. Berprasangka
baik.
Apabila di
antara kita terkena musibah, maka yang kita lakukan adalah berbaik sangka dan
tidak berputus asa terhadap rahmat Allah. Allah Swt. berfirman dalam Surah
Yusuf ayat ke-87 yang artinya, "Dan janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah, kecuali
orang-orang kafir."
5. Bertobat dari
dosa dan maksiat.
Musibah yang
menimpa diri kita adakalanya disebabkan oleh perbuatan dosa yang kita lakukan.
Oleh karena itu, saat tertimba musibah, kita harus melakukan introspeksi diri
terhadap apa yang telah kita lakukan dan berdoa kepada Allah, sebagaimana doa
dalam surah al-A'raf Ayat 23, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi."
Hikmah
di Balik Musibah dan Ujian
Mengutip
buku Fiqih Musibah karya Farid Nu’man Hasan, di balik setiap musibah
yang Allah Swt. turunkan, tersimpan hikmah yang mengantarkan hamba-Nya pada
ridha dan kasih sayang-Nya. Hikmah-hikmah tersebut antara lain:
- Musibah
menghapus dosa.
- Melatih
kesabaran dan keikhlasan.
- Menumbuhkan
rasa tawakal dan syukur.
- Meningkatkan
derajat di sisi Allah.
Menjadi sarana
muhasabah (introspeksi diri).