Jumat, 22 Agustus 2025

HAKIKAT IHSAN

 

Nama Penyusun      : Rahmattulloh, S.Pd.I, M.Pd.

Satuan Pendidikan : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Kelas/Fase               : XII (Dua Belas) F

Mata Pelajaran       : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pertemuan               : Ke-5

 

Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-5

Setelah mengikuti pembelajaran bab ini Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi hakikat ihsan.

2. Mendefinisikan ihsan beserta dasar hadis dan dalil Al-Qur’annya.

3. Menjelaskan macam-macam bentuk ihsan dalam kehidupan.

4. Mengimplementasikan sikap ihsan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Capaian Pembelajaran Pertemuan 5

1. Mengetahui hakikat ihsan sebagai puncak ajaran Islam.

2. Menjelaskan definisi ihsan berdasarkan hadis Jibril dan dalil Al-Qur’an.

3. Menguraikan macam-macam ihsan: kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya.

4. Mengaplikasikan nilai-nilai ihsan seperti jujur, sabar, adil, dan peduli dalam kehidupan sehari-hari.

 

A.    Hakikat Ihsan

Secara bahasa, kata ihsan (الإحسان) berasal dari kata kerja إِحْسَنَ - يُحْسِنُ - إِحْسَانًا yang berarti perbuatan baik (fi‘lu al-khair). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ihsan diartikan sebagai kebaikan, kemurahan hati, serta perbuatan baik yang tidak bersifat wajib. Adapun secara istilah, ihsan adalah beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan kita melihat-Nya, dan bila tidak mampu, maka kita meyakini bahwa Allah selalu melihat kita. Dengan demikian, hakikat ihsan adalah kesadaran penuh bahwa setiap amal perbuatan manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt.

 

Hadis tentang Ihsan

Dasar utama pemahaman ihsan terdapat dalam hadis Jibril, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang apa itu ihsan. Nabi Saw. menjawab:

 

Artinya: “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa ihsan adalah tingkatan tertinggi setelah iman dan Islam, yang menanamkan rasa muraqabah (merasa diawasi oleh Allah) dalam diri seorang muslim.

 

Macam-Macam Ihsan

Para ulama menjelaskan bahwa ihsan memiliki empat bentuk utama.

1. Pertama, ihsan kepada Allah, yaitu beribadah dengan penuh ikhlas dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

2. Kedua, ihsan kepada diri sendiri, yaitu menjaga diri dari dosa, memperbaiki akhlak, dan melatih jiwa dalam kebaikan.

3. Ketiga, ihsan kepada sesama manusia, yakni berbuat adil, jujur, menolong yang membutuhkan, dan memperlakukan manusia dengan penuh kasih sayang.

4. Keempat, ihsan kepada seluruh makhluk, termasuk menyayangi hewan, menjaga alam, serta tidak merusak lingkungan.

 

Rukun Ihsan

Rukun ihsan hanya satu, yaitu beribadah kepada Allah Swt. dengan penuh kesadaran seakan-akan kita melihat-Nya. Jika hal tersebut tidak mampu dilakukan, maka keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat kita harus tertanam kuat di dalam hati. Inilah yang menjadi inti dari konsep ihsan.

 

Aplikasi Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Hakikat ihsan tidak hanya diwujudkan dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ihsan dapat diterapkan dengan selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan, tidak berbohong ataupun berkhianat ketika dipercaya, serta memperbaiki diri sendiri sebelum menasihati orang lain. Selain itu, seorang muslim yang berbuat ihsan juga senantiasa memberi nasihat dan semangat kebaikan kepada orang lain, bersikap adil tanpa membeda-bedakan, mengajak kepada kebaikan, serta berusaha mencegah kemungkaran yang ditemuinya. Dengan demikian, sikap ihsan mencerminkan pribadi yang mulia dan bermanfaat bagi orang lain.

 

Dalil Al-Qur’an tentang Ihsan

Allah Swt. menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa umat Islam adalah sebaik-baik umat selama mereka mengamalkan amar makruf dan nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran [3]: 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١١٠

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” Ayat ini menjadi dasar bahwa umat Islam yang mengamalkan ihsan akan menjadi umat yang terbaik di antara manusia.

 

Manfaat Ihsan

Berbuat ihsan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan seorang muslim. Pertama, dengan ihsan seorang muslim dapat mengamalkan perintah Allah untuk amar makruf nahi mungkar. Kedua, ia melaksanakan ajaran Rasulullah Saw. bahwa agama ini adalah nasihat, sehingga selalu menasihati dan saling menegur dalam kebaikan. Ketiga, pelaku ihsan akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Keempat, ihsan melatih diri untuk mengendalikan emosi dan bersikap sabar. Kelima, orang yang berbuat ihsan akan disukai banyak orang, memiliki banyak teman, serta menjadi pribadi yang dicintai Allah Swt.

 

 

Kamis, 21 Agustus 2025

HAKIKAT IHSAN

 

Nama Penyusun      : Rahmattulloh, S.Pd.I, M.Pd.

Satuan Pendidikan : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Kelas/Fase               : XII (Dua Belas) F

Mata Pelajaran       : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pertemuan               : Ke-5

 

Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-5

Setelah mengikuti pembelajaran bab ini Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi hakikat ihsan.

2. Mendefinisikan ihsan beserta dasar hadis dan dalil Al-Qur’annya.

3. Menjelaskan macam-macam bentuk ihsan dalam kehidupan.

4. Mengimplementasikan sikap ihsan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Capaian Pembelajaran Pertemuan 5

1. Mengetahui hakikat ihsan sebagai puncak ajaran Islam.

2. Menjelaskan definisi ihsan berdasarkan hadis Jibril dan dalil Al-Qur’an.

3. Menguraikan macam-macam ihsan: kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya.

4. Mengaplikasikan nilai-nilai ihsan seperti jujur, sabar, adil, dan peduli dalam kehidupan sehari-hari.

 

A.    Hakikat Ihsan

Secara bahasa, kata ihsan (الإحسان) berasal dari kata kerja إِحْسَنَ - يُحْسِنُ - إِحْسَانًا yang berarti perbuatan baik (fi‘lu al-khair). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ihsan diartikan sebagai kebaikan, kemurahan hati, serta perbuatan baik yang tidak bersifat wajib. Adapun secara istilah, ihsan adalah beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan kita melihat-Nya, dan bila tidak mampu, maka kita meyakini bahwa Allah selalu melihat kita. Dengan demikian, hakikat ihsan adalah kesadaran penuh bahwa setiap amal perbuatan manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt.

 

Hadis tentang Ihsan

Dasar utama pemahaman ihsan terdapat dalam hadis Jibril, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang apa itu ihsan. Nabi Saw. menjawab:

 

Artinya: “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa ihsan adalah tingkatan tertinggi setelah iman dan Islam, yang menanamkan rasa muraqabah (merasa diawasi oleh Allah) dalam diri seorang muslim.

 

Macam-Macam Ihsan

Para ulama menjelaskan bahwa ihsan memiliki empat bentuk utama.

1. Pertama, ihsan kepada Allah, yaitu beribadah dengan penuh ikhlas dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

2. Kedua, ihsan kepada diri sendiri, yaitu menjaga diri dari dosa, memperbaiki akhlak, dan melatih jiwa dalam kebaikan.

3. Ketiga, ihsan kepada sesama manusia, yakni berbuat adil, jujur, menolong yang membutuhkan, dan memperlakukan manusia dengan penuh kasih sayang.

4. Keempat, ihsan kepada seluruh makhluk, termasuk menyayangi hewan, menjaga alam, serta tidak merusak lingkungan.

 

Rukun Ihsan

Rukun ihsan hanya satu, yaitu beribadah kepada Allah Swt. dengan penuh kesadaran seakan-akan kita melihat-Nya. Jika hal tersebut tidak mampu dilakukan, maka keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat kita harus tertanam kuat di dalam hati. Inilah yang menjadi inti dari konsep ihsan.

 

Aplikasi Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Hakikat ihsan tidak hanya diwujudkan dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ihsan dapat diterapkan dengan selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan, tidak berbohong ataupun berkhianat ketika dipercaya, serta memperbaiki diri sendiri sebelum menasihati orang lain. Selain itu, seorang muslim yang berbuat ihsan juga senantiasa memberi nasihat dan semangat kebaikan kepada orang lain, bersikap adil tanpa membeda-bedakan, mengajak kepada kebaikan, serta berusaha mencegah kemungkaran yang ditemuinya. Dengan demikian, sikap ihsan mencerminkan pribadi yang mulia dan bermanfaat bagi orang lain.

 

Dalil Al-Qur’an tentang Ihsan

Allah Swt. menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa umat Islam adalah sebaik-baik umat selama mereka mengamalkan amar makruf dan nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran [3]: 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١١٠

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” Ayat ini menjadi dasar bahwa umat Islam yang mengamalkan ihsan akan menjadi umat yang terbaik di antara manusia.

 

Manfaat Ihsan

Berbuat ihsan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan seorang muslim. Pertama, dengan ihsan seorang muslim dapat mengamalkan perintah Allah untuk amar makruf nahi mungkar. Kedua, ia melaksanakan ajaran Rasulullah Saw. bahwa agama ini adalah nasihat, sehingga selalu menasihati dan saling menegur dalam kebaikan. Ketiga, pelaku ihsan akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Keempat, ihsan melatih diri untuk mengendalikan emosi dan bersikap sabar. Kelima, orang yang berbuat ihsan akan disukai banyak orang, memiliki banyak teman, serta menjadi pribadi yang dicintai Allah Swt.

 

 

Rabu, 20 Agustus 2025

HAKIKAT IHSAN

 

Nama Penyusun      : Rahmattulloh, S.Pd.I, M.Pd.

Satuan Pendidikan : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Kelas/Fase               : XII (Dua Belas) F

Mata Pelajaran       : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pertemuan               : Ke-5

 

Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-5

Setelah mengikuti pembelajaran bab ini Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi hakikat ihsan.

2. Mendefinisikan ihsan beserta dasar hadis dan dalil Al-Qur’annya.

3. Menjelaskan macam-macam bentuk ihsan dalam kehidupan.

4. Mengimplementasikan sikap ihsan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Capaian Pembelajaran Pertemuan 5

1. Mengetahui hakikat ihsan sebagai puncak ajaran Islam.

2. Menjelaskan definisi ihsan berdasarkan hadis Jibril dan dalil Al-Qur’an.

3. Menguraikan macam-macam ihsan: kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya.

4. Mengaplikasikan nilai-nilai ihsan seperti jujur, sabar, adil, dan peduli dalam kehidupan sehari-hari.

 

A.    Hakikat Ihsan

Secara bahasa, kata ihsan (الإحسان) berasal dari kata kerja إِحْسَنَ - يُحْسِنُ - إِحْسَانًا yang berarti perbuatan baik (fi‘lu al-khair). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ihsan diartikan sebagai kebaikan, kemurahan hati, serta perbuatan baik yang tidak bersifat wajib. Adapun secara istilah, ihsan adalah beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan kita melihat-Nya, dan bila tidak mampu, maka kita meyakini bahwa Allah selalu melihat kita. Dengan demikian, hakikat ihsan adalah kesadaran penuh bahwa setiap amal perbuatan manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt.

 

Hadis tentang Ihsan

Dasar utama pemahaman ihsan terdapat dalam hadis Jibril, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang apa itu ihsan. Nabi Saw. menjawab:

 

Artinya: “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa ihsan adalah tingkatan tertinggi setelah iman dan Islam, yang menanamkan rasa muraqabah (merasa diawasi oleh Allah) dalam diri seorang muslim.

 

Macam-Macam Ihsan

Para ulama menjelaskan bahwa ihsan memiliki empat bentuk utama.

1. Pertama, ihsan kepada Allah, yaitu beribadah dengan penuh ikhlas dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

2. Kedua, ihsan kepada diri sendiri, yaitu menjaga diri dari dosa, memperbaiki akhlak, dan melatih jiwa dalam kebaikan.

3. Ketiga, ihsan kepada sesama manusia, yakni berbuat adil, jujur, menolong yang membutuhkan, dan memperlakukan manusia dengan penuh kasih sayang.

4. Keempat, ihsan kepada seluruh makhluk, termasuk menyayangi hewan, menjaga alam, serta tidak merusak lingkungan.

 

Rukun Ihsan

Rukun ihsan hanya satu, yaitu beribadah kepada Allah Swt. dengan penuh kesadaran seakan-akan kita melihat-Nya. Jika hal tersebut tidak mampu dilakukan, maka keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat kita harus tertanam kuat di dalam hati. Inilah yang menjadi inti dari konsep ihsan.

 

Aplikasi Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Hakikat ihsan tidak hanya diwujudkan dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ihsan dapat diterapkan dengan selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan, tidak berbohong ataupun berkhianat ketika dipercaya, serta memperbaiki diri sendiri sebelum menasihati orang lain. Selain itu, seorang muslim yang berbuat ihsan juga senantiasa memberi nasihat dan semangat kebaikan kepada orang lain, bersikap adil tanpa membeda-bedakan, mengajak kepada kebaikan, serta berusaha mencegah kemungkaran yang ditemuinya. Dengan demikian, sikap ihsan mencerminkan pribadi yang mulia dan bermanfaat bagi orang lain.

 

Dalil Al-Qur’an tentang Ihsan

Allah Swt. menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa umat Islam adalah sebaik-baik umat selama mereka mengamalkan amar makruf dan nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran [3]: 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١١٠

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” Ayat ini menjadi dasar bahwa umat Islam yang mengamalkan ihsan akan menjadi umat yang terbaik di antara manusia.

 

Manfaat Ihsan

Berbuat ihsan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan seorang muslim. Pertama, dengan ihsan seorang muslim dapat mengamalkan perintah Allah untuk amar makruf nahi mungkar. Kedua, ia melaksanakan ajaran Rasulullah Saw. bahwa agama ini adalah nasihat, sehingga selalu menasihati dan saling menegur dalam kebaikan. Ketiga, pelaku ihsan akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Keempat, ihsan melatih diri untuk mengendalikan emosi dan bersikap sabar. Kelima, orang yang berbuat ihsan akan disukai banyak orang, memiliki banyak teman, serta menjadi pribadi yang dicintai Allah Swt.

 

 

Selasa, 19 Agustus 2025

BAB HAKIKAT IHSAN

 Nama Penyusun      : Rahmattulloh, S.Pd.I, M.Pd.

Satuan Pendidikan : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Kelas/Fase               : XII (Dua Belas) F

Mata Pelajaran       : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pertemuan               : Ke-5

 

Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-5

Setelah mengikuti pembelajaran bab ini Peserta didik mampu:

1. Mengidentifikasi hakikat ihsan.

2. Mendefinisikan ihsan beserta dasar hadis dan dalil Al-Qur’annya.

3. Menjelaskan macam-macam bentuk ihsan dalam kehidupan.

4. Mengimplementasikan sikap ihsan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Capaian Pembelajaran Pertemuan 5

1. Mengetahui hakikat ihsan sebagai puncak ajaran Islam.

2. Menjelaskan definisi ihsan berdasarkan hadis Jibril dan dalil Al-Qur’an.

3. Menguraikan macam-macam ihsan: kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya.

4. Mengaplikasikan nilai-nilai ihsan seperti jujur, sabar, adil, dan peduli dalam kehidupan sehari-hari.

 

A.    Hakikat Ihsan

Secara bahasa, kata ihsan (الإحسان) berasal dari kata kerja إِحْسَنَ - يُحْسِنُ - إِحْسَانًا yang berarti perbuatan baik (fi‘lu al-khair). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ihsan diartikan sebagai kebaikan, kemurahan hati, serta perbuatan baik yang tidak bersifat wajib. Adapun secara istilah, ihsan adalah beribadah kepada Allah Swt. seakan-akan kita melihat-Nya, dan bila tidak mampu, maka kita meyakini bahwa Allah selalu melihat kita. Dengan demikian, hakikat ihsan adalah kesadaran penuh bahwa setiap amal perbuatan manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt.

 

Hadis tentang Ihsan

Dasar utama pemahaman ihsan terdapat dalam hadis Jibril, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang apa itu ihsan. Nabi Saw. menjawab:

 

Artinya: “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa ihsan adalah tingkatan tertinggi setelah iman dan Islam, yang menanamkan rasa muraqabah (merasa diawasi oleh Allah) dalam diri seorang muslim.

 

Macam-Macam Ihsan

Para ulama menjelaskan bahwa ihsan memiliki empat bentuk utama.

1. Pertama, ihsan kepada Allah, yaitu beribadah dengan penuh ikhlas dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

2. Kedua, ihsan kepada diri sendiri, yaitu menjaga diri dari dosa, memperbaiki akhlak, dan melatih jiwa dalam kebaikan.

3. Ketiga, ihsan kepada sesama manusia, yakni berbuat adil, jujur, menolong yang membutuhkan, dan memperlakukan manusia dengan penuh kasih sayang.

4. Keempat, ihsan kepada seluruh makhluk, termasuk menyayangi hewan, menjaga alam, serta tidak merusak lingkungan.

 

Rukun Ihsan

Rukun ihsan hanya satu, yaitu beribadah kepada Allah Swt. dengan penuh kesadaran seakan-akan kita melihat-Nya. Jika hal tersebut tidak mampu dilakukan, maka keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat kita harus tertanam kuat di dalam hati. Inilah yang menjadi inti dari konsep ihsan.

 

Aplikasi Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

Hakikat ihsan tidak hanya diwujudkan dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ihsan dapat diterapkan dengan selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan, tidak berbohong ataupun berkhianat ketika dipercaya, serta memperbaiki diri sendiri sebelum menasihati orang lain. Selain itu, seorang muslim yang berbuat ihsan juga senantiasa memberi nasihat dan semangat kebaikan kepada orang lain, bersikap adil tanpa membeda-bedakan, mengajak kepada kebaikan, serta berusaha mencegah kemungkaran yang ditemuinya. Dengan demikian, sikap ihsan mencerminkan pribadi yang mulia dan bermanfaat bagi orang lain.

 

Dalil Al-Qur’an tentang Ihsan

Allah Swt. menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa umat Islam adalah sebaik-baik umat selama mereka mengamalkan amar makruf dan nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran [3]: 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ١١٠

Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” Ayat ini menjadi dasar bahwa umat Islam yang mengamalkan ihsan akan menjadi umat yang terbaik di antara manusia.

 

Manfaat Ihsan

Berbuat ihsan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan seorang muslim. Pertama, dengan ihsan seorang muslim dapat mengamalkan perintah Allah untuk amar makruf nahi mungkar. Kedua, ia melaksanakan ajaran Rasulullah Saw. bahwa agama ini adalah nasihat, sehingga selalu menasihati dan saling menegur dalam kebaikan. Ketiga, pelaku ihsan akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Keempat, ihsan melatih diri untuk mengendalikan emosi dan bersikap sabar. Kelima, orang yang berbuat ihsan akan disukai banyak orang, memiliki banyak teman, serta menjadi pribadi yang dicintai Allah Swt.

 

 

Jumat, 15 Agustus 2025

KELAS XII A1

 

Nama Penyusun      : Rahmattulloh, S.Pd.I, M.Pd.

Satuan Pendidikan : SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Kelas/Fase               : XII (Dua Belas) F

Mata Pelajaran       : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pertemuan               : Ke-4

 

Tujuan Pembelajaran Pertemuan ke-4

Setelah mengikuti pembelajaran bab ini Peserta didik mampu:

  1. Mengidentifikasi hakikat Islam.
  2. Mendefinisikan hakikat Islam.
  3. Mengimplementasikan Pentingnya Islam.

 

Capaian Pembelajaran Pertemuan 4

1. Mengetahui Hakikat Islam

2. Menjelaskan Definisi Hakikat Islam

3. Mengaplikasikan penting ny islam dalam kehidupan sehari-hari.

 

A.    Hakikat Islam

Islam merupakan agama samawi (langit) yang diturunkan oleh Allah Swt. melalui utusan-Nya Nabi Muhammad Saw. yang ajarannya terdapat dalam kitab suci Al-Qur'an dan sunah dalam bentuk perintah- perintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun akhirat.

 

Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja اِسْلَمَ - يُسْلِمُ - اِسْلَامًا secara bahasa mengandung makna sejahtera, tidak cacat, dan selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti: Kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian: sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian Islam dapat dirumuskan taat atau paruh dan berserah diri kepada Allah. Isiam dalam kamus besar Bahasa Indonesa (KBBI) adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur'an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.

 

Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (krpasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan- Nya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup. di dunia maupun di akhirat. Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:

 

1) Membaca dua kalimat Syahadat

2) Mendirikan salat lima waktu

3) Puasa Ramadan

4) Menunaikan zakat

5) Haji ke Birullah jika mampu

 

 

Hakikat Islam adalah tunduk dan patuh kepada Allah SWT, menjadikan Islam sebagai jalan hidup yang menyeluruh (rahmatan lil alamin). Ini berarti menerima ajaran Islam sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia, serta dalam segala aspek kehidupan. 

 

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai hakikat Islam:

 

1)    Ketundukan dan Kepatuhan:

Islam, secara bahasa, berarti "penyerahan diri" atau "penyerahan diri kepada Allah". Hakikat Islam adalah kepatuhan total kepada Allah SWT, yang diwujudkan dalam bentuk ibadah, akhlak, dan interaksi sosial sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah. 

2)    Rahmatan Lil Alamin:

Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin). Ini berarti bahwa ajaran Islam ditujukan untuk membawa kedamaian, kesejahteraan, dan kebaikan bagi seluruh umat manusia dan alam. 

3)    Kesempurnaan:

Islam adalah agama yang sempurna dan diridhoi Allah SWT, mencakup semua aspek kehidupan manusia. 

4)    Fitrah Manusia:

Islam sesuai dengan fitrah manusia, yaitu kecenderungan alami manusia untuk mencari kebenaran dan kedamaian. 

5)    Hubungan dengan Allah:

Islam menekankan pentingnya hubungan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT, melalui ibadah dan ketaatan. 

6)    Hubungan dengan Sesama:

Islam mengajarkan pentingnya hubungan yang baik antar sesama manusia, berdasarkan kasih sayang, keadilan, dan persaudaraan. 

7)    Ilmu dan Akhlak:

slam mendorong umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan dan mengembangkan akhlak yang mulia. 

Dengan memahami hakikat Islam, seorang Muslim dapat menjalankan ajaran agamanya secara utuh dan menyeluruh, serta membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. 

 

Tertuang dalam hadis Nabi Muhammad saw, yang diriwayatkan oleh Umar ra. Yang berbunyi.

 

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثَّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أثرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رَكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ و سَلَّمَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحَجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ...( رواه مسلم

 

Dari Umar na, pula dia berkata, pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw, tiba-tib datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda beka perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi saw. dan mendekatka lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas paharya, seraya berkata: "Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?" Nabi Saw menjawab: "Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi denga benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan salat, menunaikan zakat, puasa Ramadan haji he Baitullah al-Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.".... (HR. Muslim)

 

Seseorang yang beragama Islam disebut muslim. Islam memiliki syariat (hukum) yang telah diturunkan Allah Swt. kepada umat manusia yang bertujuan agar umat manusia dapat mencapai kemaslahatan. Ajaran la mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seperti aspek akidah, ibadah, hukum, tasawuf, filsafat, politik dan pembaruan. Syariat Islam pada dasarnya tidak memberatkan manusia. Karena, penetapannya ditempuh melalui beberapa pertimbangan di antaranya.

 

a. Segala hukum yang ditetapkan tidak memberatkan.

b. Penetapan suatu hukum yang ditujukan untuk mengubah suatu kebiasaan buruk dalam masyarakat.

c. Penetapan suatu hukum sejalan dengan kebutuhan dan kebaikan orang banyak.

d. Hukum ditetapkan berdasarkan persamaan hak dan keadilan yang merata bagi semua orang.

 

Adapun syariat Islam yang berhubungan dengan perbuatan orang dewasa (mukalaf), yaitu :

 

a. Wajib, yaitu suatu tuntutan atau perintah syari' pada mukalaf untuk mengerjakan sesuatu dengan tuntutan yang pasti dan tegas. Jika dilaksanakan, pelakunya diberi pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa, seperti salat.

b. Sunah atau mandüb, yaitu suatu tuntutan atau perintah syari' pada mukalaf untuk mengerjakan sesuatu dengan tuntutan yang tidak tegas. Mukalaf boleh memilih, mengerjakan atau tidak. Jika dikerjakan, pelakunya diberi pahala dan jika ditinggalkan ia tidak mendapat siksa. Misalnya, mengerjakan salat sunah.

c. Haram, yaitu suatu tuntutan atau perintah syari' pada mukalaf untuk meninggalkan sesuatu dengan tuntutan yang tegas. Jika dikerjakan, pelakunya mendapatkan siksa dan jika ditinggalkan ia mendapatkan pahala. Misalnya, berbuat zina, memakan hewan bertaring serta berkuku dan memakan babi.

d. Mubah, suatu tuntutan atau perintah syari' yang membolehkan mukalaf untuk mengerjakannya atau meninggalkannya. Mengerjakan atau meninggalkan tuntutan ini tidak mendapat pahala atau dosa, seperti memakan permen.